Pages

Minggu, 12 Juni 2011

Kehilanganmu


Angin melarut kepedihan
Udara berhenti menyibak
Matahari sembunyikan sinar
Mendung pun selimuti awan
Terdengar suara lirih
Tangis jerit hati
Merintih mengharap kembali
Jiwa yang direnggut bumi
Air mata terus menetes
Membasahi relung kalbu
Cinta yang telah tergores
Tak mungkin kembali bersatu
Hanya kenangan yang dapat terungkap
Ketika malam berawan gelap
Meski hari terasa senyap
Dan tidurpun tiada lelap
Hanya baying semu
Yang kini disampingku
Kau yang pergi jauh
Takkan kembali disisiku

Sabtu, 11 Juni 2011

Kehidupan



Menatap seribu bintang
Meniti langit di angkasa
Bicara tentang cinta
Tentang kasih dan saying
Bintang yang terang
Belaiku dalam khayal dan angan
Bicarakan tentang kehidupan
Kehidupan yang takkan ada habisnya
Menghitung bintang
Itulah lukisan cintaku
Gelapnya malam
Itulah kisah cintaku
Menanti sebuah kepastian
Yang tiada pernah pasti
Hanya kata darimu
Yang bias meredakan hati
Hati yang hanya bias pasrah
Pasrah terhadap keadaan
Keadaan yang selalu menyiksa
Menyiksa jiwa hingga meronta


Jomblo ?? So What Gitu Loh


Ga selamanya jomblo itu dosa atau merupakan salah satu kemunafikan. Jomblo itu bisa aja karna kita sering terluka atau bisa juga karna gak laku. Ada juga lho yang ngartiin kalo jomblo itu kebebasan, dimana kita bisa ngerasa nyaman tanpa ada larangan, nasehat atau tanggung jawab dalam pacaran.
          Jomblo itu ada enaknya ada juga sepahnya. Bagi sebagian orang yang baru aja njomblo akan mengatakan kalau jomblo itu bikin boring, bete dan sial. Tapi bagi yang udah njomblo lama akan berpikiran lain. Jomblo itu asik, kemana aja dan apapun juga gak ada yang nglarang. Hm... so, ambil hikmahnya aja apa thu jomblo. Mungkin dengan jomblo kita bisa introspeksi diri dan memahami arti dari sebuah kebersamaan.
          Cinta itu gak harus memiliki, dimana kita bisa mencintai dengan tulus tanpa rekayasa dan apa adanya tanpa dibuat-buat, Itulah cinta sejati meski tak memiliki. Berani menyatakan harus berani menanggung resiko ditolak, karna dengan begitu kita bisa tau perasaan orang yang kita cintai. Kita harus bangga karna bisa mencintai bukan karna dicintai. Apa yang telah diberikan tuhan pada kita harus kita terima, agar kita bisa lebih tau apa kekurangan dan kelebihan kita.
     Manusia lahir karena cinta dan mati pun karena cinta juga. Ada pertemuan ada juga perpisahan. Kehilangan adalah hal terburuk dalam hidup, tapi dengan begitu kita bisa merelakan dengan harapan untuk suatu kebahagiaan. Kebahagiaan untuk orang yang kita cintai....!!! Perih memang, tapi ini untuk sementara, karena kita akan mendapatkan lebih dari mereka. Orang yang belum pernah merasakan sakit akan merasa berat untuk kehilangan bahkan mereka akan menampakkan dengan tingkah laku, mungkin dengan melakukan perubahan. Tapi berbeda dengan orang yang lebih sering mengalami kehilangan, mereka akan cenderung bersikap biasa meski dalam hati mereka sakit dan terluka.
     Tuhan menciptakan manusia  dalam bentuk dan sifat masing-masing. Apapun keburukan orang pasti ada baiknya juga, itulah sebabnya tuhan menciptakan 2 makhluk berbeda, laki-laki dan perempuan.
     Aku bangga bisa mencintai dia meski aku tahu dia tidak bisa mencantai aku...

Hatiku, Hatimu, dan Hatinya

     Hatiku dilanda resah, sejak aku tahu bahwa penyakit sahabatku itu benar-benar akut. Gendis Ningtyas, aku biasa memanggilnya Gendis. Seperti namanya, Gendis memang sahabat yang sangat manis, baik, tulus, selalu mengalah dan selalu tabah akan apa yang Tuhan berikan padanya. Termasuk, masalah akan penyakitnya yang bisa dikatakan mematikan. Gendis hanya berkata kepadaku kalau hatinya hanya mengalami kelainan biasa, begitulah Gendis.
     Queentina Jasmine Cerrynia, aku biasa dipanggil Jasmine. Aku duduk di bangku salah satu universitas swasta di Bandung. Gendis adalah teman seperjuanganku,kita bersama semenjak bertemu saat SMP. aku biasa cerita semua tentang kehidupan ku kepadanya. Salah satunya tentang cowok idamanku sejak SMA yang kini juga satu angkatan denganku. Dimanapun, kapanpun, dan dalam hal apapun Gendis dan Jasmine selalu bareng.
     Raditya Banyu Wiworojati, inilah cowok idamanku yang sekaligus teman seangkatan sekarang. Tetapi Radit ini hanya cowok idaman, bukan cowok yang aku cintai. Entahlah kenapa aku tak pernah bisa cerita hal ini ke Gendis. Prabu Tjokro Pamungkas, adalah cowok fakultas kedokteran yang misterius, njawani, dan yang aku cintai. Sejak awal bertemu Prabu, aku sempat ada rasa yang mengganggu hari-hariku. Tapi aku hanya memendam rasa itu sampai detik ini.
     Karena fakultas kami dan fakultas Prabu bersebelahn, kita punya satu genk yang selalu solid. Jasmine, Gendis, Radit, Dan Prabu. Rasa cintaku pada Prabu makin menggebu seiring jalan. Hingga pada suatu ketika....
  "Gimana Bu, Gendis baik-baik aja kan ? dia nggak apa-apa kan ?" tanyaku pada Prabu, ketika menemani Gendis di rumah sakit setelah pingsan di kantin. "Aku juga nggak tau Jas."  jawab Prabu. "Lho kok muka kamu pucet banget Bu?" tayaku pada Prabu. "Aku khawatir banget sama Gendis, gimana kalau dia sampai kenapa-napa? ya ampun... Gendisku sayang.." jawab Prabu.
     Serentak tubuhku menjadi kaku. Seperti habis terkena tegangan listrik. "Sayang?" tanyaku. "Iya, jujur Jas, aku suka sama Gendis." tutur Prabu. "ooh.." jawabku.
     Setelah insiden di rumah sakit itu aku menelan dua kenyataan pahit yang mau tak mau harus ku terima, pertama ternyata Gendis mengidap kelainan hati akut, kedua, Prabu ternyata suka sama Gendis, apalagi Prabu minta aku buat nyomblangin mereka berdua.
     Belakangan ini Prabu udah mulai ngedeketin Gendis. Prabu ngerahin semua perhatiannya ke Gendis. Lalu, apa yang bisa aku lakukan ? Aku hanya bisa mencoba sok tegar dan agak menjauh dari merek.Dan, Raditlah yang menampung semua isi hati yang rasanya sudah ingin kubuang. Aku menceritakan semua pada Radit. 
     Hinga pada suatu soredi cafe tempat biasa kita ngumpul. Prabu dan Gendis datang dengan bergandeng tangan. Serontak aku kaget bukan main. Hingga saatnya malaikat penolongku, Radit datang "Hai semua, hai Bu, katanya kamu mau kasih kabar penting?" sergap Radit yang baru datang. "Gini semua. Prabu Tjokro Pamungkas dan Gendis Ningtyas sudah resmi berpacaran." jelas Prabu selengkap-lengkapnya. "Ooh.. selamat deh." sahutku. "Kalau gitu aku duluan ya? Mau nganter adek ke tempat les ni." alasanku untuk enyah dari tempat itu. "Oke." semua menyahut. Aku segera bergegas keluar dari ruangan itu, sebelum semua air mataku tumpah berceceran. Aku berlari memasuki everest pemberian papa saat aku berumur 17 tahun. Kukendarai sekencang-kencangnya, hingga akhirnya, entah karena terlalu frustasinya aku, kepalaku terasa sangat pusing. Saat aku membuka mata hanya ada wajah Radit.
  "Gendis mana? aku dimana? Prabu mana?" tanyaku bertubi-tubi. "Kamu udah 2hari, sebelumnya kamu operasi Jas, Gendis juga masuk rumah sakit 7jam setelah kamu kecelakaan, dia kambuh lagi." ." Dit, kenapa badanku jadi berat gini?" tanyau, tapi Radit tak menjawab. Hingga, setelah aku desak Radit pun menceritakan semua yang telah aku alami dan aku terima. Aku divonis lumpuh, bahkan mati. Beberapa saat kemudian Prabu datang dan memelukku, saat itulah entah kenapa ini rasa tersakit yang pernah aku raskan. "Gendis mana?" tanyaku. "Dia sekarang masih di ICU, dia koma dan butuh donor hati untuk bertahan hidup." jelas Prabu.
     Saat Radit membawaku berjalan keluar kamar, aku duduk di kursi roda yang tak berdaya. "Dit, aku yakin aku nggak bakal bertahan, Jadi ambil hatiku untuk Gendis. Jangan komentar apa-apa Dit, inilah yang kupilih." Tuturku, Radit pun pergi tanpa sepatah katapun. Mungkin terlalu menusuknya kataku barusan.
     Minggu pagi entah kenapa tubuhku terasa hangat dan berat. Hanya Radit yang bisa ku pandang. "Dit, berikan hatiku untuknya." tuturku untuk terakhir kalinya dan setelah itu kupejamkan mataku.

                                                                                *

     "Bu, aku mau ngomong sama amu." hardik Radit pada Prabu yang sedang ngobrol dengan Gendis di kampus. " Apa sih Dit?" tanya Prabu. "Jasmine, hati yang ada di dalam tubuh Gendis itu punya Jasmine." kata Radit. "Ha?" . "Sebenernya Jasmine udah lama mendem rasa suka ke kamu, tapi ya, mungkin Jasmine udah ngerasa bakal kayak gini jadinya ya jadi mungkin dia emang mau kamu sama Gendis berakhir bahagia." tutur Radit. Prabu langsung lari meninggalkan Radit dan pergi entah kemana. "Jasmine." tutur Prabu di depan makam Jasmine sambil memegang batu nisan yang bertuliskan nama Jasmine. "Makasih, aku yakin, hatiku, hatimu, dan hatinya akan tetap bersama." 
Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

 
Copyright (c) 2010 catatan dinota. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes And Web Hosting Reviews.